Jakarta, 5 Mei 2014-“Jika gurunya
‘bener’, muridnya juga ‘bener’,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Dirjen Dikti, Kemdikbud)
Djoko Santoso membuka Training of Trainers Pendidikan Anti-Korupsi (ToT
PAK) Regional I Tahun 2014 yang berlangsung mulai hari ini tanggal 5
hingga 7 Mei 2014 di Park Hotel, Cawang, Jakarta.
Djoko berharap dapat ToT PAK tak hanya
berhenti pada pelatihan semata, melainkan mampu menyebarkan ke civitas
akademika lainnya, termasuk pendidik dan tenaga kependidikan. ToT PAK
juga diharapkan menumbuhkan kepahaman dan kesadaraan mahasiswa akan
bahaya laten korupsi. Tujuan akhir kegiatan ini adalah menciptakan
generasi emas Indonesia yang anti-korupsi.
Hadir pula dalam acara ini antara lain
Inspektur Jenderal (Irjen) Kemdikbud Haryono Umar. “Kalau kita
kehilangan integritas, kita akan kehilangan semuanya,” kata Haryono. Ia
yakin bangsa Indonesia masih memiliki peluang untuk jadi bangsa yang
maju jika masih mengedepankan integritas.
Selain itu, hadir pula Wakil Ketua
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Busyro Muqodas. “Ada beberapa tipe
korupsi,” ucap Busyro. Corruption by need, by greed and by design. Corruption by need dilakukan karena ingin memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari yang tidak tercukupi oleh gajinya yang rendah. Corruption by greed dilakukan karena adanya sifat keserakahan untuk bisa hidup secara berlebihan (bermewah-mewahan). Sedangkan corruption by design yakni korupsi pertemuan antara niat dan kesempatan. Kesempatan tercipta karena kelemahan sistem dn peraturan.
Para narasumber Pendidikan Anti-Korupsi
pun memberikan paparan dan berbagi pengalaman terkait implementasi
penerapan PAK di Perguruan Tinggi (PT) masing-masing. Diantaranya adalah
Nanang T. Puspito dari Institut Teknologi Bandung (ITB). “Dalam ToT ini
para peserta menyusun silabus, diskusi tentang bagaimana implementasi
PAK di PT,” ungkap Nanang.
0 komentar:
Posting Komentar